RENCANA KENAIKAN TARIF LISTRIK BULAN OKTOBER
Berita Utama dari Batam Pos hari ini
Kenaikan tarif listrik yang diberlakukan PT PLN Batam mulai bulan ini sungguh tak bijaksana. Pasalnya, kenaikan tarif itu dipastikan akan memukul dunia usaha di Batam. Bahkan, tak tertutup kemungkinan pelaku usaha kolaps akibat tak kuat menahan beban besar yang dirasakan saat ini. ”Saat ini saja pelaku usaha banyak yang terkena dampak krisis global akibat krisis subprime sektor perumahan Amerika Serikat (AS), masih lagi ditambah tarif listrik. Kondisi pengusaha saat ini, sudah jatuh tertimpa tangga pula,” ujar Nada, Ahad (12/10) malam.
Untuk membahas kenaikan tarif listrik itu, asosiasi pengusaha di Batam hari ini, Senin (13/10) menggelar pertemuan di Novotel Hotel. ”Kita masih mengecek Permen yang menyebutkan angka kenaikan tarif sebesar 14,8 persen itu. Besok (Senin, red), akan ada pertemuan dengan asosiasi, untuk berdiskusi membahas dan mencari jalan keluar mengenai masalah kenaikan tarif itu,” paparnya.
Pengusaha, katanya, baru saja menghadapi kenaikan tarif air dan masalah pertanahan. ”Apa pengusaha akan terus merasakan kesulitan? Kalau dunia usaha kolaps, maka PLN juga bisa ikut kolaps. Bahkan negeri ini pun bisa kolaps,” paparnya.
Menurutnya, pengusaha sudah tidak bisa lagi ditekan terus menerus dengan beban yang berat. ”Mestinya ada win-win solution, ada diskusi. Jangan asal langsung menaikkan begitu, tapi harus ada sosialisasi dulu selama enam bulan atau ditunda,” tegasnya.
Meski mengaku pengusaha sudah merasakan beban yang sudah begitu berat, namun Nada mengaku, pengusaha tidak bisa berbuat apa-apa. “Itu kan kebijakan PLN,” imbuhnya.
Untuk itu, lanjut Nada, Dewan Kawasan (DK) dan Badan Pengusahaan Kawasan (BPK) Batam harus menentukan sikap terhadap masalah yang dirasakan menyulitkan eksistensi dunia usaha dan investasi di Batam.
”Bagaimana sikap DK dan BPK terhadap masalah ini kan juga belum jelas. Meskinya, seluruh stakeholder duduk bersama membahas masalah ini. Bagaimanapun, resesi yang berlangsung saat ini memiliki keterkaitan satu sama lain,” cetusnya.
Anggota Dewan Mengaku Terkejut
Wakil Ketua Komisi III DPRD Batam Muhammad Zilzal mengaku terkejut dengan persentase kenaikan tarif listrik Batam (TLB) sebesar 14,8 persen. Pasalnya, angka tersebut jauh lebih tinggi dari apa yang dibahas dewan dengan PLN Batam. Bahkan, lebih tinggi dari persentase kenaikan yang diusulkan PT PLN Batam ke dewan.
”Kalau secara kelembagaan, saya belum tahu bagaimana sikap dewan. Soalnya, belum ada pertemuan. Tapi, secara pribadi saya terkejut dengan ditekennya persentase kenaikan sebesar 14, 8 persen oleh Menteri ESDM. Karena, kenaikan itu jauh di atas apa yang dibahas dewan dan usulan PLN beberapa waktu lalu,” ujarnya, Ahad (12/10).
Zilzal mengungkapkan, saat pembahasan dewan mengusulkan tiga skenario kenaikan tarif listrik. Pertama, kenaikan 11,3 persen. Kedua, kenaikan sebesar 11, 5 persen. Ketiga, 11, 7 persen. Berdasarkan hitung-hitungan dewan, dengan kenaikan sebesar 11, 3 persen, PLN hanya akan mencapai titik impas alias break even point (BEP). Sementara, dengan kenaikan 11, 5 persen PLN bakal menangguk untuk sekitar Rp2 miliar dan Rp5 miliar lebih jika kenaikan mencapai 11, 7 persen.
”Seperti kita tahu, PLN mengusulkan 12,5 persen. Dalam hitung-hitungan kami, kalau tarif listrik naik 12,5 persen, maka PLN akan untung sekitar Rp10 miliar lebih,” ungkap Zilzal.
Namun, lanjut Zilzal, meskipun dalam pembahasan sudah ada tiga opsi yang ditawarkan, tapi sangat disayangkan keputusan akhir dewan memberikan rekomendasi tanpa menyebutkan angka. Akibat sikap DPRD Batam yang tidak tegas itu, maka angka yang dikeluarkan oleh menteri ESDM justru di luar dari opsi yang sering dibahas.
”Saya melihat ini sebagai kesalahan DPRD yang tidak tegas dan tidak berani menetapkan titik BEP dari hasil pembahasan.Coba kalau berani menetapkan salah satu saja dari opsi tersebut, tak seberat sekarang. Kita punya kekuatan menuntut kalau kenaikannya di luar kesepakatan. Kalau sudah begini susah, mau menuntut tapi tak punya kekuatan karena tak menyebutkan angka, hanya sepakat naik. Ujung-ujungnya, masyarakat yang susah,” kata Zilzal.
Selengkapnya...